Polisi Periksa Seorang Brigjen

Kamis, 28 Juli 2011 02:18

PADANG, HALUAN — Seorang pria paruh baya Saifudin (30) berpangkat Brigadir Jendral (Brigjend) TNI dan Polri ini terpaksa diamankan di Mapolresta Padang, Rabu (27/7) sekitar pukul 12.10 WIB. Diduga pria tersebut petugas gadungan.

Dari laki-laki asal Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Utara ini diamankan barang bukti (BB) berupa lima kartu Identitas dengan nama Brigjend Saifudin dari Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia (BKN-RI), dua buah stempel, dan surat-surat peraturan UU dari BK, serta topi berbintang satu.
Sebelum diamankan pria tersebut, bermula ketika Saifudin pergi ke Balaikota Padang untuk menemui Walikota Padang Fauzi Bahar sekitar pukul 11.00 WIB. Namun, pria berpakaian safari serta memakai topi berbintang satu ini bertemu dengan Sekda Kota Padang, Emzalmi. Setelah mendengar keterangan dari pria mengaku dari BKN-RI ini, ter¬nyata Saifudin bukannya bertemu dengan Walikota. Emzalmi malah mengantarnya ke Kodim 0312 Padang.
Disana laki-laki tersebut diintrogasi oleh TNI Kodim 0312 Padang dan meminta menye-rahkan Kartu Tanda Anggota (KTA) miliknya.
Merasa ada keganjilan, pria ini diserahkan ke Polresta Padang untuk diselidiki lebih jauh. Hingga kemarin sore Saifudin ini dipe¬riksa dibagian Unit Intelkam dan Reskrim Polresta Padang.
Informasi yang didapat Ha¬luan menyebutkan, kartu Identitas tersebut dikeluarkan di daerah Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 12 Maret 2011 oleh Ketua/Presiden dan Negara Republik Indonesia Jenderal Besar L.M. Syahrial. Kemudian pria ini menjabat sebagai Pemimpin Kolektif TNI dan Polri Kota Padang. Seharusnya, Bau-bau merupakan salah wilayah administratif di Sulawesi Tenggara.
Kemudian ada dua stempel bermerek Badan Kehormatan Negara Republik Indonesia, serta sebuah surat yang didalam surat tersebut bertuliskan angka satu juta rupiah. Selain itu, pria ini digaji tiap bulannya sebesar Rp12 juta dari dana APBN.
Kapolresta Padang Kombes Pol. Moch Seno Putro menga¬takan, pihaknya baru mengetahui ada pria yang mengaku dari BKN-RI dan berpangkat Brigjend. “Padahal dalam masalah pangkat tidak bisa disamakan, karena berbeda antara Polri dengan TNI,” kata Seno.
Maka dari itu, kata Seno, pihaknya masih menyelidiki dan menelusuri BKN-RI tersebut dan apabila ada warga atau instansi yang merasa dirugikan, maka pihaknya akan memproses sesuai dengan prosedur. “Saat ini belum ada yang merasa dirugikan atas perbuatannya. Namun, kami telah mengamankan barang bukti tersebut,” ujarnya.
Ditambahkannya, jika masya¬rakat merasa ada orang atau pihak yang mencurigakan seperti pelaku ini dan meminta sesuatu maka sebaiknya di kroscek terlebih dahulu keinstitusinya masing-masing sebelum menyikapi permintaan para pelaku atau bisa saja langsung menghubungi kepolisian dan nanti bisa dibantu untuk mencari tahu kebenaran identitas yang dibawa oleh para pelaku. (h/nas)

Sumber : harianhaluan.com